VIRAL : Inilah Sosok Pemegang Hak Paten Vaksin AstraZeneca, Ilmuwan Indonesia Lulusan SMK 1 Penabur Jakarta

Carina Citra Dewi Joe dan Sri Mulyani. (foto; Instagram @smindrawati)

iniSURABAYA.com – Nama Carina Citra Dewi Joe mendadak viral di media sosial. Postdoctoral Researcher di Institute Janner, University of Oxford, Inggris ini merupakan salah satu ilmuwan Indonesia.

Alumnus SMAK 1 Penabur Jakarta ini spesial, karena keterlibatannya dalam tim untuk melakukan riset dan produksi vaksin AstraZeneca.

Bacaan Lainnya

Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI di tengah rangkaian agenda ke Eropa menyempatkan diri melakukan diskusi dengan mahasiswa dan diaspora di sana.

Dan salah satu yang hadir di tengah undangan adalah Carina. Tak ayal unggahan foto Carina dan Sri Mulyani di media sosial ini pun menjadi perhatian warganet.

Dia mendunia. Dia tenggelamkan dirinya dengan prestasi. Dia sedikit dari perempuan sebangsa dan setanah air yang diakui dunia dalam kepakarannya,” tulis @Leonita_Lestari di akun Twitternya.

Dia menambahkan,”Dia salah satu figur di tim manufaktur yang sukses memproduksi vaksin yang paling banyak didistribusikan di dunia, Oxford AstraZeneca. Dan luar biasanya, dia terdaftar sebagai salah satu pemegang hak paten pada vaksin itu.

Sri Mulyami dan Carina bersama diaspora di tengah kunjungan Menteri Keuangan RI di Eropa.

Sri dan Carina, dua perempuan luar biasa pemberi inspirasi banyak perempuan Indonesia,” tulis @Leonita_Lestari di akhir unggahannya.

Informasi lain yang berhasil dikumpulkan iniSurabaya.com menyebutkan, dalam acara Ngosyek atau Ngobrol Asyeek di Instagram Duta Besar Indonesia untuk Inggris @desrapercaya, Carina mengisahkan awal mula dirinya berkecimpung di dunia bioteknologi.

Kala itu, saat Carina memilih masuk jurusan tersebut untuk menempuh pendidikan S1. Dan usai tamat S1, ia ditawari internship di perusahaan Australia.

Perusahaan inilah yang menawarkan kepada Carina agar meneruskan studi hingga meraih gelar PhD untuk menunjang kariernya dalam bidang penelitian.

Peraih gelar PhD in Biotechnology di Royal Melbourne Institute of Technology, Australia ini menambahkan, pengalaman di industri bioteknologi turut berpengaruh hingga akhirnya terlibat dalam riset vaksin AstraZeneca untuk Covid-19.

“Setelah PhD, lanjut internship tujuh tahun. Karena saya latar belakangnya industri, sementara apply ke postdoc Oxford, mereka senang sama background industri saya,” ungkapnya sebagaimana dikutip dari detik.com.

menurut Carina, proses pembuatan vaksin memakan waktu 1,5 tahun dari yang sedianya 10 tahun. Diakui, hal tersebut menjadi janggal di telinga masyarakat sehingga ketika melihat masih ada masyarakat yang takut vaksin, baginya amat dimaklumi.

Namun, di sisi lain, perlu adanya edukasi diri kepada masyarakat mengenai produksi vaksin dan manfaatnya di tengah pandemi.

“Produksi vaksin khususnya vaksin Covid-19 tetap dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku. Hanya saja, proses birokrasi dipercepat dan proses pembuatan dilaksanakan secara paralel,” paparnya.

Carina menekankan, proses birokrasi yang cepat bisa terjadi karena dilakukan secara paralel dan alasan kedaruratan. Sehingga proses pembuatan vaksin bisa memakan waktu yang jauh lebih singkat.

“Kenapa bisa cepat, karena kami lakukan paralel. Sebelumnya step by step, rencanakan dulu baru apply funding, 2-3 tahun kemudian baru dapat, barulah clinical trial. Kalau (pandemi) ini emergency,” urainya.

Informasi lainnya menyatakan bahwa Carina Joe merupakan lulusan BPK Penabur Jakarta dengan profil lulusan BEST (Be Tough, Excel Worldwide, Share with Society, Trust in God) yang melekat pada dirinya, salah satunya Share with Society.

Carina menunjukkannya dengan menyumbangkan talenta dan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk kepentingan umat manusia. ap/dbs/*

Pos terkait