Pameran ‘Artlur’ di Galeri Prabangkara Juga Pajang Motor Custom, Simak Keunikannya di Sini

0
990
Tidak hanya karya lukis. Kegiatan bertajuk ‘Artlur’ yang berlangsung hingga 17 Oktober itu juga memajang motor custom.

iniSURABAYA.com – Setelah sempat berdiam diri selama hampir dua tahun para seniman Surabaya akhirnya bisa kembali unjuk karya. Uniknya, pameran seni perdana di tengah pandemi ini digelar para alumnus Sekolah Menengah Seni Rupa Surabaya yang kini berganti nama jadi SMK Negeri 12 Surabaya.

Sebanyak 80 karya dari 33 seniman lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Surabaya dari berbagai angkatan itu dipajang dalam pameran bertajuk ‘Visual Art + Custom Culture (Artlur).

Tak hanya karya lukis. Di pameran yang berlangsung hingga 17 Oktober 2021 ini juga disajikan karya instalasi dari para alumni.

Diantara karya yang dipamerkan adalah karya Dwi Prasetya berupa lima unit motor custom. Motor yang dipajang diantaranya Yamaha RX-King dengan modifikasi, Yamaha TS100 dengan custom scrambler multi purpose, dan Harley Davidson dengan custom cooper.

“Kami basisnya adalah seni rupa, jadi motor custom ini masuk ke ranah seni modern. Sekarang ada unsur custom culture-nya, antara seni berkendara dengan seni custom,” ungkap founder Costomland tersebut.

Lulusan SMSR 1997 ini menyatakan, motor yang dipamerkan dirancang mulai dari nol. Mulai pembuatan rangka, stang, footstep, kenalpot, hingga jok motor, konsep cat dan lain sebagainya dibuat dari awal.

Bahkan setiap motor dia beri nama khusus setelah jadi motor custom. “Setiap nama ada filosofi yang berbeda-beda,” tuturnya.

Menurutnya, tren custom motor zaman sekarang di Surabaya cukup berkembang. Salah satu genre custom yang sedang digandrungi saat ini seperti custom trail vintage, cooper, dan japstyle.

“Keunikan custom ini kan seperti ada reinkarnasi. Bentuknya lama tapi lahir kembali dengan ubahan custom,” imbuhnya.

Seni rupa, kata Dwi, tidak cuma berkarya membuat lukisan, seni instalasi, patung dan sebagainya. Seni rupa saat ini tidak hanya bicara bentuk dan isi, melainkan bisa pula disandingkan dengan seni-seni lainnya. Salah satunya dengan otomotif.

“Meskipun saya saat ini terjun ke seni custom, tetapi tidak lupa dengan seni rupa. Karena saya terlahir dari seni rupa juga,” tandasnya.

Dwi berharap ada lagi pameran seni rupa yang tidak hanya menampilkan lukisan, mauun seni intalasi. “Kalau bisa dikolaborasikan dengan seni rupa lain,” begitu pesannya. 

Sementara Budi Bi, Ketua Pameran ‘Artlur’ menyatakan kegembiraannya bisa mengumpulkan teman-teman dari berbagai angkatan untuk gelar karya bersama.

“Ini pameran perdana di Taman Budaya setelah hampir dua tahun terakhir tutup. Jadi sekaligus membuka, nganyari galeri setelah tutup,” cetusnya sambil tertawa.

Alumnus SMRS tahun 1997 ini menekankan harapannya agar pameran ‘Artlur’ bisa jadi pemicu semangat seniman lain untuk kembali berpameran. “Sekarang sudah waktunya unjuk karya lagi lewat pameran-pameran sekaligus berinteraksi dengan penikmat seni langsung,” katanya. ana

Comments are closed.