iniSURABAYA.com – Film ‘Rumah Merah Putih’ karya sutradara Ari Sihasale tayang mulai Kamis (20/6/2019). Produksi ke-9 dari Alenia Pictures ini adalah film awal dari trilogi anak-anak di perbatasan NTT, Papua, dan Kalimantan.
Film ini diperani tujuh anak-anak asal NTT (Nusa Tenggara Timur). “Kami mengawali dari NTT. Nanti akan ke Papua dan Kalimantan,” begitu ungkap Nia Zulkarnaen, istri Ari Sihasale yang sekaligus bertindak sebagai produser.
Nia meyakini bahwa 7 anak-anak NTT tersebut punya bakat yang terpendam. “Mereka mutiara dari Timur. Semoga jadi penyejuk kita semua. Jadi inspirasi anak-anak di gerbang pertama Indonesia. Kecintaan pada Indonesia tanpa batas, tanpa pamrih. Pemersatu di tengah keberagaman,” ujarnya.
Menurut Nia, ‘Rumah Merah Putih’ memvisualisasikan kisah persahabatan antara Oscar (Amori De Purivicacao) dan Farel (Petrick Rumlaklak). Dua putra daerah dari NTT ini bersama lima sahabat lainnya merasa bangga sebagai anak Indonesia.
Rasa bangga itulah yang selalu mereka gelorakan setiap kali menyebut nama masing-masing. Seperti ‘Saya Petrick, ayah Malang, ibu Atambua, saya Indonesia,’.
Hingga pada suatu ketika, mereka ingin mempersembahkan perayaan menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus dengan menggelar lomba. Hingga terdapat insiden yang membuat Oscar jatuh sakit.
Konflik yang muncul sejak insiden tersebut pun menjadi bumbu haru bagi penonton.
Sepanjang film, tujuh anak-anak dari NTT tersebut berakting dengan sangat menyentuh.
“Padahal ini kali pertama mereka mengerti syuting dan melewati proses produksi film,” tegas Nia.
Selain anak-anak NTT tersebut, ‘Rumah Merah Putih’ juga menghadirkan Pevita Pearce, Yama Carlos, Shafira Umm, Abdurrahman Arif, dan Dicky Tatipikalawan.
“Saya harus tinggal bersama anak-anak NTT selama satu bulan selama syuting,” tutur Pevita Pearce yang berperan sebagai Tante Maria atau Mama Maria bagi Oscar.
Pevita menyatakan, kesempatan bersama anak-anak NTT selama sebulan itu dia gunakan untuk membangun chemistry. “Semoga suka dengan film ‘Rumah Merah Putih’. Selama sebulan syuting di Atambua, jadi pengalaman inspirasional di perbatasan,” kata Pevita.
Tak hanya itu, di dalam perannya, semua artis termasuk Pevita Pearce berbahasa khas Belu dan Atambua, NTT. Baik aksen maupun bahasanya, begitu fasih dituturkan Pevita. Sehingga, Pevita juga mengikuti training bahasa selama satu bulan.
“Pengalaman itu semoga bisa tervisualisasikan, bisa persatukan bangsa,” ujar Pevita. dit